Label

Label

Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Januari 2021

O, Bapak

O, Bapak

View Article

 O, Bapak


lihat kalender yang menggantung di dinding dekat jendela

bukan untuk menagih janji

bukan pula soal uang jajan


teramat banyak yang ingin kukatakan

namun aku tak pandai menyampaikan

tak pandai menjelaskan


O, Bapak


di kehidupan ini mungkin aku akan jatuh pada sumur tak berdasar, diterjang badai, atau tersandung kerikil di tengah jalan, namun aku punya dirimu


O, Bapak


saat terjaga

kadang aku khawatir mengingat kau akan pergi dan tiada. 

Kadang aku juga takut

Kadang pula bertanya;

adakah laki-laki yang bisa mencintaiku seperti yang kau lakukan? 


dimana aku akan menemukannya;

pasar, kedai kopi, atau di sepanjang jalan?

Rabu, 13 Januari 2021

Sajak Kulacino

Sajak Kulacino

View Article

Sajak Kulacino

Oleh: Iin Zaidah


bekas air di meja akibat gelasmu yang dingin menguap begitu saja, Kekasih

diam-diam aku curiga ada sihir di matamu yang indah

iya, pada manik matamu itu kulihat lindap senja larut pada kuncup malam, gelap dan menyesatkan

beberapa detik sebelum kita berhadapan pun, aku beriktikad 

bahwa rindu hanya adjektiva yang bermakna rahasia, 

namun keyakinanku sungguh keparat

renjana menjebakku dalam kepercayaan baru

di hadapanmu, wacana tinggallah wacana

dan kecurigaan hanya taksa yang tak beralasan

Minggu, 13 Desember 2020

Sehabis Perdebatan

Sehabis Perdebatan

View Article

Sehabis Perdebatan




"Memang harus ada yang dinyalakan" ucapmu tiba-tiba, "gelembung harapan yang mengecil akibat samudera ketidakpastian yang membadai"


ketika itu, sejauh mata memandang hidup adalah laut lepas yang dapat menghanyutkan, kau pun getir. Menyesal telah dilahirkan sebagai manusia


"Haha goblok! Apa pun yang berkaitan dengan hidup hanya candaan! Yeah, candaan!"

Teriakku mengalahkan segala suara di kepalamu


Tapi kau tak mendengarnya. Kau putuskan mengembara. Berjalan berputar-putar dalam belantara

Senin, 02 November 2020

Pukul Dua Belas Lewat Dua Puluh Menit

Pukul Dua Belas Lewat Dua Puluh Menit

View Article


     

Pukul Dua Belas Lewat Dua Puluh Menit     


                                         bagi: Asqa


Pukul dua belas lewat dua puluh menit, 

beratus kilo meter di samping kamarmu, 

mungkin aku telah rebah sebagaimana tanah

Tiada tahu bahwa semalam kau dalam beban pikiran. 


Kudengar, 

serak suaramu beradu dengan bunyi serangga


Hening. 

Malam sudah dalam

Ah, bagaimana aku mendakwamu atas kesalahan yang tak kau lakukan? 


Perlu kau tahu, aku menunggu tanpa batas waktu, maka apabila lelah, kau bisa sandarkan penatmu walau sebentar


Memang, 

kadang-kadang tempias waktu menghujankan jarum

Kehidupan menjadi badai pasir yang sanggup menelan apa pun


Jadi, biarkan segala yang menghimpit dada

Barangkali dengan itu kita tumbuh menjadi karang dilaut-Nya


Madura, 2020

Minggu, 18 Oktober 2020

Untuk Apa Para Ibu Melahirkan Kehidupan

Untuk Apa Para Ibu Melahirkan Kehidupan

View Article

Resah


Untuk apa para ibu melahirkan kehidupan? 


Sar, dunia sedang di resahkan wabah

tapi kau jangan

Sebab perjalanan belumlah selesai

Lupakan segala yang menghimpit dada

Kematian hanya akan menjemput yang tiba

Apa kau pikir dengan ketakutan semua kembali baik-baik saja? 

Jangan naif, 

agama telah mengajarkan bagaimana takdir bekerja

Kita memiliki Kitab Kejadian masing-masing

Lalu apalagi yang mesti di risaukan? 

Kerisauan hanya akan membunuh jiwa perlahan

Jika tiada, akan kau isi apa soal pertanggungjawaban

Aku sendiri sering merasa malu kepada Tuhan

Karena begitu sedikit yang dikerjakan

Setelah begitu banyak menerima pemberian

Apa kau tiada pernah merasa? 

Jika iya, pulanglah! 

Tanyakan, untuk apa para ibu melahirkan kehidupan? 

Jumat, 16 Oktober 2020

Risalah Hati

Risalah Hati

View Article


Risalah hati


Risalah Hati


Hatiku selembar daun yang jatuh pada musim gugur;


Biarkan sebentar aku rebahan di halamanmu


Sebelum angin menerbangkanku


Atau sapu menyeret paksa tubuhku 


Bila aku pergi


Akan aku ingat hangat pelukmu dan luas kasihmu


Menjaganya hingga purba


Lapuk menjadi abu.

Kamis, 15 Oktober 2020

Rutinitas

Rutinitas

View Article


Rutinitas


Rutinitas


Kutitip harapan pada hujan-hujan, terbang bersama rinai, dipeluk angin


Sebab tak kumiliki tujuan, langkah yang membawa kaki pergi


Kucari kotamu tapi tak ada di peta, 


Wahai, 


Adalah kau puisi paling sunyi yang kutulis pada aksara tak bermuara


Hatiku terjebak pada satu tempat tak bernama, mencintai bayangmu berulang-ulang


Adakah kebodohan lebih dari ini?