Jumat, 01 Januari 2021

Let's Read

Menghidupkan Dongeng Melalui Cerita Bergambar

Oleh: Iin Zaidah


Dulu pada masa kanak-kanak saya, buku dongeng tidak mudah ditemukan seperti saat ini, buku cerita bergambar atau cergam seperti Majalah Bobo merupakan barang mewah yang hanya bisa dibeli oleh kalangan menengah ke atas. Karena itu saya dengan setia mendengarkan dongeng yang diceritakan nenek. 


Dongeng yang diceritakan sangat bervariasi mulai dari kisah para nabi hingga mitos yang dipercaya di kampung. Anak-anak seusia saya di kampung, mayoritas mengetahui dongeng dari mulut ke mulut, dan kabar baiknya sampai saat ini kegiatan mendongeng masih dipertahankan oleh masyarakat Indonesia.  Syukur, sekarang dongeng tidak hanya bersifat lisan akan tetapi juga hidup dalam cerita bergambar, harganya pun lebih terjangkau.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), dongeng melibatkan unsur dan kejadian luar biasa. Biasanya itu mencakup cerita rakyat populer, seperti Malin Kundang, Gunung Tangkuban Perahu, Timun Emas dan lain sebagainya. 


Menurut Ed Yong, seorang penulis kanal ilmu pengetahuan di The Atlantic, dongeng tertulis sudah ada sejak manusia mempunyai sistem huruf dan mengenal baca-tulis. Cara penyampaian dongeng pun mengalami evolusi. Dari lisan hingga tertulis. Misalnya kisah 1.001 Malam yang setidaknya sudah berkembang di Persia sejak abad 10. Dalam “Alfu Lela Ulela: The Thousand and One Nights in Swahili-Speaking East Africa”, penulis Thomas Geider menyebut kisah 1.001 Malam berasal dari jazirah Arab tapi juga menerabas segala batasan negara maupun budaya.


Adapun yang dimaksud dengan cergam menurut Guntur (2004) adalah buku yang cukup populer di masyarakat khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak, komik atau dengan istilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita”.


Musfiroh (2008: 81-97) barpendapat bahwa “cerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak-anak hingga orang dewasa”, manfaat cerita bagi anak adalah: 

a. membantu pembentukan pribadi dan moral anak

b. menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

c. memacu kemampuan verbal anak

d. merangsang minat menulis anak

e. merangsang minat baca anak

f. membuka cakrawala pengetahuan anak.


Di Indonesia dongeng dipercaya sebagai medium dan metedo transfer pengetahuan yang menyenangkan serta memiliki banyak dampak positif bagi anak. Berdasarkan pada data hasil survei yang telah dilakukan oleh penulis yang melibatkan informen era 80-an, cerita bergambar sangat baik untuk menumbuhkan minat baca dalam diri anak. Bahkan sebagian besar informen mengatakan bahwa pada hari kamis mereka lebih bersemangat umtuk pulang karena ingin segera membaca sebuah majalah anak yang terbit setiap minggu. Kebetulan di era 80-an majalah anak yang paling populer adalah Majalah Bobo.


Adapun sekarang, cergam sudah sangat bervariasi. Mulai dari dongeng Disney seperti Putri Tidur, Cinderella, The Lion King, The Junggle hingga cerita fabel seperti Kancil, Monyet Dan Kura-Kura, Burung Bulbu Terkasih, bahkan  juga ada cerita bergambar seri ilmuan muslim seperti Ibnu Sina, Umar Khayyam dsb, yang dapat dijadikan refrensi dasar anak dalam mengenal sejarah ilmuan islam.


Melalui cergam-cergam tersebut anak dapat lebih mudah memahami materi, wawasan juga bertambah luas, tingkat kreativitas dapat terasah dengan lebih baik dan tentu berpotensi besar dalam memperbaiki minat baca masyarakat Indonesia yang menurut UNESCO tercatat hanya 0,001% di masa depan.


Semoga bermanfaat!

Related Posts

Add Comments


EmoticonEmoticon