Beberapa kenalan saya di pesantren sangat suka menulis buku harian. Bahkan ada yang membawanya ke mana-mana. Tentu bukan tanpa alasan. Saya pribadi sampai saat ini masih suka menulis di buku harian meski sudah jarang.
Duh! Jadi curcol begini. Oke kembali pada fokus artikel kali ini, yaitu menulis dapat menyehatkan diri. By the way, menulis buku harian adalah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas tulisan secara dialektika kebahasaan lho.
Sobat Ruang baca mungkin juga suka menulis sekalipun bersifat temporal. Entah saat sedih, gembira, patah hati atau bahkan saat jatuh cinta. Biasanya ketika emosional keinginan untuk menulis meningkat bagi sebagian individu. Baik menulis di buku harian atau di sosial media.
Kita tidak bisa mengendalikan apa yang yang terjadi dalam diri, akan tetapi untuk mengendalikan sikap sebagai respon dari stimulus yang diterima bisa kita usahakan dan pelajari. Nah cara untuk memuaskan dan mengekspresikannya ini sangat bermacam-macam, tergantung individu yang bersangkutan.
Menulis pada hakikatnya adalah hal yang luar biasa mengasikkan. Aktivitas ini dapat meningkatkan kesehatan, baik mental mau pun fisik. Bagaimana bisa, padahal menulis adalah pekerjaan biasa, tapi kenapa hasil yang ditawarkan bisa semenarik ini? Jika boleh, saya ingin sekali berkata a magic can you get with writing.
Menulis memang tidak bisa mengubah keadaan yang terjadi, akan tetapi ia bisa mengurangi beban emosi dan pikiran. Pikiran adalah mekanisme yang dimiliki oleh setiap individu yang ibarat mata uang memiliki dua sisi. Bisa membantu manusia pada puncak kebijaksanaan, namun juga bisa menjebak manusia ke dasar penderitaan yang dibangun oleh ilusi.
Menulis memang tidak bisa mengubah keadaan yang terjadi, akan tetapi ia bisa mengurangi beban emosi dan pikiran.
Dan yang demikian terjadi karena stimulus dari alam sadar direspond dengan baik oleh alam bawah sadar. Dengan kata lain alam bawah sadar tidak pernah berdebat dengan alam sadar, meskipun yang diproses asumsi belaka. Selanjutnya alam bawah sadar atau emosi akan terjebak dalam asumsi-asumsi.
Baca: Cara Tepat Memanfaatkan Pikiran
Sobat Ruang baca sebelumya kita sudah membahas tentang katarsis emosi atau pembersihan sistem energi yang terkurung. Dan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk melepas emosi adalah menulis. Oleh sebab itu menulis disinyalir dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Saat pikiran terbebas dari asumsi dan ilusi maka psikis akan terbebas dari emosi-emosi negatif.
Baca: Katarsis Emosi Kendalikan Diri
Ada pun bukti ilmiah terkait kausal menulis dapat menyehatkan diri, diperkuat oleh Pennebaker dan Seagal melalui penelitian yang keduanya lakukan pada tahun 1997. Dari kesimpulan penelitian tersebut mereka menyampaikan bahwa menulis pengalaman personal secara afektif-emosional itu dapat meningkatkan kesahatan mental dan fisik.
Jadi, apabila kita bingung bagaimana bercerita kepada orang lain tentang suatu pengalaman yang sangat menyakitkan dan mengganggu dalam hidup, kita tidak harus memaksakan diri untuk bercerita. Tetapi, penting untuk menuliskan pengalaman itu.
Baca: Counterfactual Thinking
Nilai pentingnya pun tidak semata untuk mengenang pengalaman yang dilalui, melainkan untuk meringankan beban pikiran dan emosi. Sebab pikiran dan emosi yang terjebak beban berkepanjangan dapat menggangu kesehatan mental.
Let's write!